EmOticOn


EmOticOn
Saya pernah membaca sebuah kisah sufi.
Dari sebuah penerbitan pustaka hidayah.
Nama pengarangnya Idris.
Kisah ini menarik (menurut saya), karena walaupun itu klasik tetapi ternyata relevan dengan jaman sekarang, hatta dunia cyber kita ini. Tapi entahlah…...
Kisahnya begini, pada suatu hari ada seorang pemuda melewati pagar sebuah istana, tentu saja setiap pejalan yang lewat tak akan pernah melepaskan pandangannya dari istana itu.
Selain istananya sendiri yang megah dan artistik, dengan pilar-pilarnya yang menjulang, jalan serta tamannya juga tertata apik dan menawan. Sayang kalau dilewatkan. Tidak juga dengan pemuda ini. Dia berjalan seperti juga orang lain yang lalu lalang. Pasti terkagum melihat istana itu.
Entah sebuah keberuntungan atau kebetulan menyenangkan. Beberapa hari setelah saat pertama dia melintasi istana. Tiba-tiba jendela di lantai dua terbuka. Si pemuda tak hendak mengedipkan mata. Penasaran dengan apa yang ada di balik jendela. Dia takjub, mendapati seorang gadis menyembulkan kepalanya.  Dalam keterkejutannya, dia lengah sehingga hampir menabrak sebuah tiang lampu jalanan. Sang gadis melihat kejadian itu, tertawa tertahan. Ditutupnya mulutnya. Sebagaimana kebiasaan seorang bangsawan adalah tabu mempelihatkan gigi geraham ketika tertawa. Si pemuda berhenti mendadak dari melanjutkan perjalanannya. Dihadapkan badan dan wajahnya ke arah jendela. Sang gadis tampak melepaskan tangan dari sesungging senyum menawan dibibirnya. Dunia menjadi tampak indah bagi si pemuda. Ketakjubannya berubah menjadi semilir musim semi di hatinya. Sang gadis kembali menutup jendela dalam senyuman. Si pemuda kepayahan, mendapati gelora hatinya, yang bermekaran bunga aneka warna. Apadaya jendela telah tertutup, pulanglah dia dengan membawa sekuntum senyum menawan di hati.
Waktu berlalu, si pemuda telah berubah kebiasaannya. Hari-harinya dilalui dalam pengharapan. Dia kini rajin melalui jalan di depan istana. Lalu berhenti di depan jendela. Diam beberapa saat. Kadang dijumpainya sang gadis membuka jendela dan tersenyum ke arahnya. Maka dia akan pulang dengan membawa seulas senyum di bibirnya. Yang dibawanya sampai ke dalam mimpi. Tapi sering pula dia berdiri agak lama di depan jendela, pernah dengan seiikat kembang menawan yang sengaja dibelinya dari toko bunga, namun sang gadis tak jua menampakkan wajahnya. Maka gundahlah hatinya, dan akan termenung dia seharian tanpa hiraukan keadaannya. Begitulah, hingga berlalunya waktu, badannya mulai tidak diurusnya, kadang dia berdiri seharian di depan jendela istana. Maka lusuhlah dia, sayu matanya. Sampai suatu waktu sang gadis meminta penjaga istana untuk mengusirnya. Karena dianggap sudah mengotori pemandangan istana.
Berteriaklah si pemuda kepada sang gadis,”duhai dinda apakah gerangan salah saya sehingga anda meminta penjaga istana mengusir kanda?”
Mendengar teriakan itu sang gadispun menjawab,“hai pemuda, kamu telah merusak pandangan mataku dengan kekumalanmu”
“Mengapa dinda?, bukankah dinda selalu memberikan senyuman kepada kanda, mengapa sekarang malah dinda mengusir kanda?”
“hai pemuda, kamu salah sangka, ketika aku tersenyum ke arahmu, itu karena kulihat tingkahmu yang konyol, bukan karena hal lain. Maka salahkanlah dirimu sendiri untuk hal itu.”
Hancurlah hati pemuda, seperti lagunya si olga “hancur…hancurnya..hatiku… tralalalalalala…. “
Seperti pembuka ceritaku, bahawa cerita inipun dapat terjadi didunia cyber-jagat maya, emoticon  :)  :D  jempol dan lain sebagainya bisa berarti berbeda dari apa yang dimaksud pengirimnya.
Maka berlaku bijaklah menerima kiriman emoticon atau siap-siaplah untuk merana……………  jika kalian (kalian???,   loe kaleeeee) salah mengartikannya.
Ini hanyalah kisah lama…. :) ……….. mari tetap terjaga


FARID NIZARDI
Suka artikel ini ?

About Farid

Admin Blog

Mohon berkomentar Join This Site Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan